Pengamat Politik UNS Agus Riewanto: Masih Sulit Goyang Kandang Banteng

Fauziah Akmal – Selasa, 13 Februari 2024 | 20:28 WIB

Capres nomor urut satu Anies Baswedan, capres nomor urut dua Prabowo Subianto dan capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo beradu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024. (DERY RIDWANSAH/ JAWAPOS.COM)

RADARSOLO.COM – Pasangan calon (paslon) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD bersaing sangat ketat di Solo Raya pada Pemilu 2024. 

Namun, diprediksi Solo Raya tetap akan dikuasai capres yang diusung PDIP.

Pengamat politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Agus Riewanto mengatakan, pemilih di wilayah Solo Raya memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lain.

Basis pemilih masyarakat di wilayah ini, terutama Kota Solo sangat mengakar pada ideologi nasionalisme.

Mereka memilih partai dengan ideologi yang sama, sehingga PDIP sangat populer. Agus menyebut Jawa Tengah, khususnya Solo Raya sebagai “Kandang Banteng”.

“Basis ideologi pemilihnya itu nasionalis. Selain itu, pemilih di Solo masih menganggap PDIP sebagai partai yang bisa merekatkan mereka karena dianggap sebagai partai wong cilik. Partai yang program dan misinya lebih dekat kepada apa yang mereka butuhkan. Sehingga mengikat kohesivitas masyarakat Solo,” ujar Agus.

Agus menyebut kondisi tersebut sebagai tradisi loyalitas pemilih terhadap PDIP. Sehingga, eksistensi PDI-P sulit digeser dengan partai lain.

Agus menambahkan, popularitas partai tegak lurus dengan kandidat yang diusung.

“Karena pemilihnya memilih PDIP secara otomatis orang akan memilih capres yang diusung partai yang dipilih (Ganjar-Mahfud). Itu secara paralel antara partai dan capres yang diusung,” imbuhnya.

Dikatakan Agus, kondisi tersebut dalam teori politik disebut sebagai coat tail effect atau efek ekor jas.

Adalah kecenderungan pemilih memilih capres yang partainya sama dengan yang dipilih.

“Besar dugaan saya kandidat yang diusung PDIP akan memperoleh posisi yang strategis di Solo Raya. Artinya boleh jadi Ganjar-Mahfud mendapat suara tinggi di sini,” kata Agus

Hal ini juga mengacu pada track record kemenangan PDIP di pemilu sebelumnya. Meskipun perolehan suaranya diprediksi tidak setinggi Pemilu 2014 dan 2019, Agus memprediksi 03 dan PDIP akan mendapat suara sekira 60-70 persen di Solo Raya.

Menurunnya suara pada PDIP dan kandidat yang diusung dikatakan Agus berkaitan dengan sosok Presiden Joko Widodo yang diusung PDIP pada Pemilu 2014 dan 2019.

“Pada pemilu kali ini Jokowi berubah arah dengan mencalonkan anaknya sebagai cawapres. Jadi pemilih loyal Jokowi punya pengaruh terhadap elektabilitas Gerindra dan Gibran,” jelasnya. 

Kehadiran paslon 02 dan koalisinya kemungkinan akan menggerus suara PDIP, tetapi tidak sampai menang. Ada persaingan ketat antara 02 dan 03 tetapi diprediksi tetap unggul 03.

Agus menilai faktor yang sangat memengaruhi paslon 02 menjadi pesaing ketat 03 adalah Gibran sebagai anak Presiden Jokowi yang didukung infrastruktur kekuasaan politik yang tinggi.

“Bantuan kampanye dari kekuasaan seperti menteri, penguasaan media, modal politik yang sangat besar, bansos, ditambah dengan praduga banyak orang mengenai keberpihakan dari pejabat lokal,” tambahnya

Hal itu memang mengangkat elektabilitas 02. Tapi itu tidak maksimal dalam memenangkan 02 dan tidak bisa menggeser PDIP di Solo Raya. 

“Misalkan tanpa itu, itu bisa memperoleh perolehan di bawah 50 persen,” ujar Agus.

Agus menyatakan salah satu tipologi pemilih adalah tingkat popularitas kandidat. Dikatakan Agus, sosok yang populer sangat bisa memengaruhi pemilih. 

“Apalagi Ganjar pernah menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode sehingga cukup kuat memori masyarakat akan sosoknya. Mahfud juga sebagai menteri yang sangat populer,” paparnya.

Agus juga tak menampik, Gibran memang sangat populer terutama di kalangan generasi muda.

Kuantitas pemilih generasi Z memang mendominasi di Indonesia, termasuk di Solo. Sehingga gen Z menjadi ceruk suara yang diperebutkan ketiga paslon.

“Popularitas Prabowo Gibran dengan model kampanye yang joget-joget itu punya pengaruh, tetapi tidak terlalu berlaku di Solo,” terang dia.

Agus menilai popularitas Gibran tidak cukup signifikan memenangkan 02 dalam Pemilu 2024 di Solo Raya.

Menurut Agus, masyarakat Solo sudah mengetahui bahwa keterpilihan Gibran dalam Pilkada Solo 2020 tidak otentik kerja keras dia, tetapi atas ketokohan dan kerja keras sang ayah Presiden Joko Widodo dan PDIP. (zia/bun)

Sumber : https://radarsolo.jawapos.com/nasional/844157429/pengamat-politik-uns-agus-riewanto-masih-sulit-goyang-kandang-banteng

About admin

Check Also

Pengamat: Komunikasi media sosial tingkatkan elektabilitas Kaesang

Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep (tengah) didampingi Presiden PKS Ahmad Syaikhu (keempat kanan) menjawab pertanyaan …

Tim Hukum PDIP Nilai Keterangan Ahli KPU Lemah

Pimpinan tim PDI Gayus Lumbuun di Gedung PTUN, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (2/4). Foto: Aristo/JPNN.com …

Pengamat: Ada 2 Alasan Pembangunan Solo Tetap Berlanjut, meski Gibran Mundur

Candra Septian Bantara , Ahmad Mufid AryonoJumat, 19 Juli 2024 – 17:31 WIB SOLOPOS.COM – Pengamat politik …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *